ad1

MALPU 314 - BENTUK ORNAMEN MASJID KERAMAT LEMPUR KERINCI - (3)

MALPU 314 - BENTUK ORNAMEN MASJID KERAMAT LEMPUR KERINCI - (3)

MEMBONGKAR ADAT LAMO PUSAKO USANG – Seri 314

Oleh: H. Aulia Tasman
Gelar Depati Muaro Langkap
Jambi, 3 Januari 2018

"WISATA RELIGI" DESA WISATA LEKUK 50 TUMBI LEMPUR

BENTUK ORNAMEN MASJID
KERAMAT LEMPUR KERINCI


Seperti telah diuraikan dalam MALPU Seri 312 dan 313, ternyata fenomena-fenomena yang terjadi di Masjid Keramat, mempengaruhi pikiran masyarakat Lempur memandang Masjid Keramat sebagai bangunan yang mempunyai “karomah”.

Pemahaman masyarakat tersebut hanya untuk memuaskan alam pikiran mereka, sehingga terbentuklah pemahaman yang demikian. Dalam dunia Islam, kata “karomah” ditunjukkan kepada manusia, seperti ulama tarekat, wali, dan syekh. Orang luar menamai Masjid Kuno Lempur sebagai Masjid Keramat karena masjid ini dalam riwayatnya selalu terhindar dari bencana yang terjadi di desa itu, antara lain kebakaran hebat pada tahun 1903 dan 1939. Juga gempa bumi dahsyat yang terjadi pada tahun 1942, tidak berpengaruh apa-apa terhadap masjid itu. Oleh karenanya, dapat dipahami jika masyarakat di desa itu menamai masjid tua ini dengan nama Masjid Keramat.

Secara umum bahan dasar dari masjid-masjid kuno tersebut adalah kayu, namun pada beberapa masjid sudah diganti dengan semen. Bentuk dari masjid yang terbuat dari kayu berupa bangunan panggung, khususnya untuk Masjid Kuno Lempur Tengah karena lokasinya sering dilanda banjir dan lingkungan sekitarnya dulunya dikenal dengan nama Kampung Terandam. Dulunya panggung tidak terlalu tinggi, lebih kurang satu meter yang lantainya semua terbuat dari papan/kayu tebal lebih kurang 10 cm tebalnya.

Namun seiring dengan perkembangan waktu, jarak antara tiang dengan tiang lainnya sudah menggunakan semen sehingga dari luar kelihatannya masjid tersebut berdiri kokoh menutupi panggung yang ada di dalamnya. Meskipun demikian pada masjid-masjid yang terbuat dari semen menunjukkan bahwa bentuk awal dari bangunan tersebut berupa bangunan panggung, hal ini dapat diketahui dari tiang-tiang pada ruang utama masjid yang pada bagian bawahnya terdapat lubang-lubang bekas balok penyangga lantai. Denah dari keseluruhan masjid-masjid kuno tersebut adalah segi empat.


E. BENTUK ORNAMEN PADA MIMBAR

Masih di dalam ruangan depan sebelah kanan mikhrab terdapat mimbar tempat khatib membaca khotbah. Mimbar tersebut juga berukir indah dengan 4 buah tiang yang terdiri daru 2 di depatn dan 2 di belakang. Dari depan terlihat mimbar itu memiliki semacam tangga 3 buah untuk sampai kepada bagian tempat duduk di atasnya, yang tingginya kira-kira 1,20 m dari lantai. Di sebelah kiri mimbar yang disebutkan di atas terdapat mihrab tempat imam memimpin sembahyang, yang dalam konstruksi masjid (seperti masjid-masjid lainnya) menjorok ke depan (barat). Sebelum mihrab tersebut, ada semacam gerbang yang indah pula dari kayu yang penuh dengan ukiran dengan cat warna-warni.



Ornamen yang diterapkan pada mimbar pada umumnya sama dengan ornamen yang ditempatkan pada yang lain namun komposisinya yang berbeda motif slampi duo (pilin dua) dikomposisi di dalam motif kluk pakou (relung pakis) dan motif tampok nio (tampuk kelapa) diletakkan ditengah tengah motif persilangan motif kluk pakou (keluk pakis). Motif kluk pakou(relung pakis) yang diisi dengan motif pilin dua saling tumpang tindih membentuk kesatuan yang harmonis yang diperkuat dengan kontruksi tiang teralis yang telah dibentuk pada setiap sudut mimbar. Semua motif tersebut dikomposisi di sekeliling mimbar dan diwarnai dengan merah, kuning, biru, putih, dan hijau.

F. BENTUK ORNAMEN PADA TEMPAT AZAN

Tempat azan Masjid Keramat terletak pada empat batang tiang tuo (tiang tua) atau tengah setinggi 6 m dari lantai ruang utama. Tempat azan tersebut dihiasi dengan motif tampok
nio (tampuk kelapa), slampit duo (jalin dua), matoharai (matahari), mentadu lago (ulat mentadu berkelahi) yang dicat dengan warna kuning, hijau, dan merah. Ruang azan tersebut berbentuk empat persegi panjang dan diatasnya terdapat tempat duduk santai sambil menunggu waaktu azan masuk.



Ornamen-ornamen tersebut dikomposisi secara simetris, terkesan ada keseimbangan dan menggunakan teknik ukir cekung dan cembung dengan dasaran datar, ornamen tampok
nio (tampuk kelapa) juga diterapkan pada tiap-tiap sudut empat persegi panjang dari menara azan, diujung kayu empat persegi panjang terdapat mitif buoh labu (buah labu). Ornamenornamen tersebut disusun secara berulang-ulang. pengulangan (repetisi) ornamen tersebut terkesan menoton, dinamis, bergerak, ada irama (ritme), dan formal.


G. BENTUK ORNAMEN PADA UJUNG KASAU

Ornamen yang terdapat pada ujung kasau tersebut bila kita perhatikan merupakan stilisasi ornament prasejarah yaitu motif pilin ganda (motif bentuk huruf S) yang dapat ditemukan pada bejana perunggu dari Kerinci yang tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Hiasan ini dapat juga ditemukan pada Masjid Agung Pondok Tinggi, Masjid Keramat di Pulau Tengah dan pada kain batik Kerinci, yang oleh orang Kerinci motif disebut gadeang-gadeag (gading-gading)dan ada yang menyebut motif klok pakou (relung pakis). Ornamen itu berwarna merah, kuning, hijau dan biru, yang diukir dengan teknik ukir datar dan tembus. Tampak garis yang saling bersinggungan tetapi tidak saling menusuk terkesan bergerak dan ada irama. Motif tersebut tidak memiliki asal tumbuh dia menyalar dari batang yang sama, berkembang serta mekar di bagian ujungnya dan terkesan lebih hidup.



PENUTUP

Ornamen-ornaman yang ada di Masjid Kuno Lempur Tengah dan Lempur Mudik pada dasarnya merupakan suatu akulturasi atau suatu proses percampuran budaya yang terjadi karena adanya kontak antara masyarakat pendukung kebudayaan tertentu dengan masyarakat pendukung kebudayaan asing.

Dalam proses tersebut umumnya kebudayaan yang ada sebelum kebudayaan asing masuk tetap dipertahankan sehingga proses ini sama sekali tidak menghilangkan kebudayaan setempat, kemampuan ini dikenal dengan istilah endogenous knowledge (kearifan lokal) masyarakat setempat.
Berdasarkan pengamatan terhadap hiasan-hiasan pada Masjid Kuno Lempur Tengah dan Lempur Mudik menunjukkan adanya proses percampuran antara budaya lokal yang sudah melekat semenjak nenek moyang mereka, bercampur dengan budaya asing. Unsur-unsur budaya asing yang mempengaruhi hiasan pada masjid-masjid tersebut berasal dari Minangkabau dan Cina, Hindu dan lainnya..



Penggubahan bentuk-bentuk figuratif sehingga menjadi tersamarkan ini dipandang sebagai upaya jalan keluar untuk menghindari larangan menggambarkan makhluk hidup dan dianggap pula sebagai strategi adaptasi penyebar luasan agama Islam pada waktu itu. Kehadiran ragam hias dekoratif tidak dapat dipisahkan dari tradisi dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Sangat boleh jadi ragam hias itu dimaksudkan sebagai ungkapan maksud dan pesan-pesan simbolik.

Berbagai bentuk penggambaran yang diwujudkan sebagai ornament diciptakan dengan pengalihan benda asal berupa batang, daun, bunga, buah, makluk hidup, dan benda lainnya.
Pemilihan motif sangat bertitik tolak dari bentuk dan sifat alam. Para nenek moyang terinspirasi oleh alam yang dikembangkan menjadi bentuk motif menurut kreasinya. Dari bentuk ornamen yang diterapkan nampak jelas bahwa ornamen tersebut dibuat oleh banyak orang dengan tingkatkemampuan yang berbeda-beda karena seni sudah menjadi milik masyarakat. Bentuk dan gerak alam ditapsirkan dengan peri kehidupan mereka sendiri, distilisasi manjadi susunan garis-garis lengkung, bentuk geometris, dan bersifat dekoratif. ... *(habis).

MALPU  313 - BENTUK ORNAMEN MASJID KERAMAT LEMPUR KERINCI - (2)

MALPU 313 - BENTUK ORNAMEN MASJID KERAMAT LEMPUR KERINCI - (2)


MEMBONGKAR ADAT LAMO PUSAKO USANG – Seri 313

Oleh: H. Aulia Tasman
Gelar Depati Muaro Langkap
Jambi, 2 Januari 2018

"WISATA RELIGI" - DESA WISATA LEKUK 50 TUMBI LEMPUR

BENTUK ORNAMEN MASJID
KERAMAT LEMPUR KERINCI

C. BENTUK ORNAMEN PADA MASJID KERAMAT LEMPUR

Menatap tampilan ornament pada Masjid Keramat Lempur serentak terkilas dalam pikiran tentang cara pembuatannya. Tampilan bentuk yang mempesona, menarik, dan indah dipahami sebagai hasil kerja dari tangan terampil yang dituntut kesabaran dan kecermatan dalam pengerjaannya. Hampir setiap Lekuk ornamennya seakan menjelaskan tentang cara kerja nenek moyang yang rumit dan teliti. Kehalusan serta kerumitan yang ditampilkan menunjukkan pula adanya panduan yang senantiasa dipatuhi. Hal itu dapat dilihat pada susunan serta komposisi dan tampilannya yang sangat rumit tetapi sangat menyatu dan indah.

Ormanen pada masjid Keramat Lempur bila dilihat dari bentuk fisiknya masing-masing memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-beda, begitu pula dengan bentuk motif dan ukurannya. Motif-motif ornamen tersebut diterapkan pada tiang, dinding, tempat azan, mihrab, mimbar, kasau, dan papan pengunci sudut dinding. Motifmotif tersebut ditata dan disusun dengan pertimbangan estetis.


Motif sulur-suluran yang distilisasi dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di setiap elemen masjid dalam bentuk horizontal dan vertikal dan bahkan pada bagian tertentu mengelilingi delapan segi tiang dengan komposisi tertentu sesuai dengan penempatannya. Di samping itu, motif hias itu diukir dengan teknik ukir cekung dan cembung dengan dasaran tembus, dan rata, sehingga ornament tampak lebih indah dan hidup dengan bentuk sulur-suluran secara simetris ke kanan dan ke kiri. 


Komposisi penempatan motif yang terdapat pada masing-masing elemen masjid memiliki unsur-unsur hias daun-daunan, buahbuahan, gabungan gemetrik, dan tumbuh-tumbuhan, dan jalinan tali menjadi motif hias yang Nampak harmonis.
Gabungan berbagai motif yang membentuk satu kesatuan. Motif matoharai (matahari) yang berbentuk gabungan beberapa lingkaran kemudian di isi oleh motif kembang bunga yang menyerupai matahari yang sedang bersinar dan pada lingkaran bangian luarnya di isi dengan motif slampit dou (pilin dua) yang tidak putus mengelilingi lingkaran tersebut. Motifmotif tersebut dikomposisikan secara horizontal yang diselingi atau dipisah oleh papan pengunci.Di bawah motif matoharai (matahari) terdapat motif mentadu lago (mentadu berkelahi) yang diisi dengan motif slampit duo (pilin dua) ditengah-tengahnya terdapat motif tampok nio (tampuk kelapa).


Motif tersebut berbentuk ulat yang berkelahi yang saling melilit yang disusun secara berselingan dengan arah horizontal. Di bawah motif mentadu lago terdapat motif teralis yang disuse secara vertikal. Dibagian paling bawah terdapat motif slampit mpat (jalin empat), dikomposisi dengan arah horizontal dan dijalin saling tumpeng tindih serta di tengah-tengahnya terdapat motif tampok nio (tampuk kelapa), motif tersebut berbentuk ikatan tali terkesan suatu ikatan yang kuat dan kokoh. Ornamen-ornamen tersebut disusun berulang-ulangdi semua bagian dinding timur, selatan, utara, dan barat masjid serta diwarna atau dicat dengan warna kuning, merah, hijau dan biru.

C. BENTUK ORNAMEN PADA TIANG SAMPING

Ornamen pada tiang samping memiliki berbagai macam bentuk ornamen diantaranya: gabungan motif slampit tigo ( jalin tiga) terletak pada bagian bawah yang mengelilingi setengah tiang sudut, motif paku rancah ( pakis yang dipotong ) berada di atas motif slampit tigo (jalin tiga) dan motif gelang-gelang Motif Paku rancah adalah batang-batang pakis yang telah dipotong dandikomposisi mengelilingi setengah tiang. motif glang-glang (gelang-gelang) mengapit kedua motif slampit tigo (pilin tiga) dan motif paku rancah (potongan batang pakis) sehingga membentuk satu kesatuan yang harmonis. Motif klok paku (relung pakis) berada pada penyangga alang dengan tiang, motif tersebut saling tumpang tindih namun tidak saling menusuk.


Motif tampok nio (tampuk Kelapa) yang dikomposisikan pada bagian tengah-tengah papan yang masuk pada tiang. Motif slampit duo (pilin dua) dan motif binteang-binteang (bintang-bintang) disusun pada papan yang menempel pada alang yang menutup bagian ujung tiang terlihat menyatu dan indah.


Ornamen dekoratif tersebut berada pada bagian dalam tiang tupang dengan bentuk tiang persegi delapan yang disusun secara simetris dengan motif tumbuh-tumbuhan digabung dengan motif geometris dalam bentuk vertikal. Motif slampit tigo disusun tumpang tindih, mengikat namun tidak saling menusuk, berbentuk anyaman, dan bergelombang terkesan ada irama.
Motif gleang-gleang dan slampit tigo disusun secara horizontal. Semua motif diwarna dengan merah,kuning, biru, hijau, dan putih. Komposisi dari semua motif-motif tersebut memberi kesan ada keseimbangan, repetisi, kesatuan, mengikat, dan kuat.

D. BENTUK ORNAMEN PADA TIANG TU

Tiang tuo atau tiang teegah terletak di tengah-tengah ruangan masjid yang dibentuk segi delapan terdiri dari empat batang tiang yang menyangga tempat azan dan tempat duduk-duduk menunggu atau menjelang waktu shalat masuk pada sore hari sambil memandang keluar masjid. Empat batang tiang tuo ini dibuat segi delapan sama besar. Di tengah-tengah dibentuk hiasan gleanggleang (gelang-gelang) yang disusun bertingkat-tingkat mengelilingi tiang, dari susunan ornamen tersebut terkesan patah, berliku, atau melingkar, yang disusun secara vertikal dengan warna merah, kuning, dan hijau. Di bagian bawah motif gelang-gelang terdapat motif slampit mpa t(pilin empat) yang saling tumpang tindih mengelilingi tiang segi delapan dan dibagian atas motif gelang-gelang terdapat motif slampit tigo (pilin tiga).


Sebagai penyangga alang terdapat kayu yang menancap ke tiangberornamen klok pakou (relung pakis) yang disusun secara berulangulang sehingga terkesan ada irama, tumpang tindih namun tidak saling menusuk. Ornamen tersebut dilapisi warna merah, kuning, dan hijau. …* (bersambung)

MALPU 312 - BENTUK ORNAMEN MASJID  KERAMAT LEMPUR KERINCI -  (1) - "WISATA RELIGIi - Desa Wisata Lekuk 50 Tumbi Lempur" - (1)

MALPU 312 - BENTUK ORNAMEN MASJID KERAMAT LEMPUR KERINCI - (1) - "WISATA RELIGIi - Desa Wisata Lekuk 50 Tumbi Lempur" - (1)

MEMBONGKAR ADAT LAMO PUSAKO USANG – Seri 312

Oleh: H. Aulia Tasman
Gelar Depati Muaro Langkap
Jambi, 1 Januari 2018

"WISATA RELIGIi - Desa Wisata Lekuk 50 Tumbi Lempur"

BENTUK ORNAMEN MASJID
KERAMAT LEMPUR - KERINCI


Teringat semasa kecil waktu masih di Sekolah Dasar tahun 1960-an sampai 1970-an awal, setiap malam ke Mesjid Kuno di Lempur untuk mengaji Al Qur’an dan belajar permainan silat yang diajarkan oleh guru-guru mengaji. Begitu juga bagi teman-teman lain yang bertempat tinggal di Lempur Bagian Mudik mengajinya di Mesjid Kuno Lempur Mudik, kami yang bertempat tinggal di Lempur Tengah mengajinya di Mesjid Kuno Lempur Tengah, dan bagi teman yang bertempat tinggal di Lempur Hilir maka mereka mengaji di Mesjid Kuno Lempur Hilir.

Tidak terlintas dan terbayang sama sekali bahwa tempat kami bermain dan dibesarkan di lingkungan Mesjid Kuno tersebut mempunyai nilai sejarah panjang dan nilai seni ukir yang sangat dikagumi oleh pencinta dan pengamat seni masa kini. Ukiran-ukiran yang terukir disepanjang dinding baik di luar atau di dalam masjid mempunyai arti, motif dan makna seni yang luar biasa dalamnya dan seni ukir yang dimiliki oleh nenek moyang kita dahulu tertuang ke dalam setiap sudut ruangan. Mulai dari tiang samping – tiang tengah, dinding, mimbar masjid, sudut masjid dan lainnya ternyata ornamen, bentuk, komposisi pewarnaan mempunyai makna seni yang sangat tinggi.

Ternyata juga bahwa nilai arsitektur pendirian masjid-mesjid kuno tersebut dikagumi pula oleh orang-orang yang belajar dibidang arsitek, masjid-mesjid kuno tersebut ternyata tidak menggunakan paku besi sebagai perekat dan pasak pengikut antara satu ujung papan dan tiang dengan ujung lainnya. Semuanya menggunakan pasak terbuat dari kayu, dan pasak kayu tersebut menjadikan masjid-mesjid kuno ternyata tahan goncangan gempa.

Mesjid kuno Lempur Mudik dan Lempur Tengah diperkirakan dibuat dalam waktu yang bersamaan dibuat sekitar abad ke 18 masehi karena dua masjid tersebut memang dirancang sebagai pusat pengembangan Agama Islam di Lempur. Masjid Kuno Lempur Tengah terletak di tengah dua Rumah Larek (rumah panjang) yang membujur utara selatan, demikian pula Masjid Kuno Lempur Mudik juga terletak di tengah dua larek panjang juga membujur utara – selatan menurut aliran sungai Batang Air Lempur. Namun berbeda dengan Masjid Kuno Lempur Hilir, memang sama-sama terletak di pinggir sungai namun letak rumah larek membujur dari barat ke timur. Masjid ini dibuat setelah adanya pemekaran negeri Lempur Bagian Hilir menjadi dua dusun yaitu Lempur Tengah dan Lempur Hilir diperkirakan mulai dibagun pada awal abad ke 19 masehi.

Masjid Kuno Lempur Tengah dan Masjid Kuno Lempur Mudik sekarang sudah masuk dalam “benda cagar budaya” yang dijaga oleh pemerintah sebagai “warisan” budaya yang sangat tinggi dan dihargai sebagai kekayaan budaya nenek moyang orang Lempur. Namun sayang masjid Kuno Lempur Hilir masih terabaikan karena belum masuk ke dalam “benda cagar budaya” yang dilindungi, pada hal nilai seni dan sejarah dari masjid ini tidak kalah menariknya dibandingkan dengan dua masjid yang disebutkan di atas. Ornamen “keramik” yang digunakan oleh masjid Kuno Lempur Hilir ini termasuk unik dan nyata berbeda dengan keramik yang digunakan oleh manusia sekarang. Ketinggian nilai seni dan nilai arsitektektur masjid-masjid tersebut yang mungkin untuk masa sekarang tidak akan pernah lagi untuk bisa diciptakan walau kemajuan jurusan arsitekt di perguruan tinggi semakin maju.

Kita bersukur, karena adanya dua mahasiswa dari Institut Seni Padang Panjang (ISSI Padang Panjang) yang bernama Alipuddin dan Yulimarni (2010) telah mebuka membuka mata kita tentang tingginya nilai seni dari masjid-masjid kuno tersebut, yang selama ini terselubung oleh kemajuan zaman.

MALPU Seri 312 dan 313 sepenuhnya menguraikan temuan dan hasil kajian dari mereka tampa menambah uraian dan keterangan lainnya.

Karena kekaguman mereka terhadap nilai seni dari ke dua masjid tersebut dengan sengaja mereka menambah kata “keramat” untuk masjid-masjid tersebut. Mereka menyebut masjid-masjid kunot tersebut dengan sebutan Masjid Keramat Lempur. Mereka menyebutkan ornamen yang terdapat dalam ke dua masjid tersebut adalah sebagai penggubahan bentuk-bentuk figuratif sehingga menjadi tersamarkan ini dipandang sebagai upaya jalan keluar untuk menghindari larangan menggambarkan makhluk hidup dan dianggap pulasebagai strategi adaptasi penyebarluasan agama Islam pada waktu itu.
Ornamen yang diterapkan pada umumnya berbentuk tumbuh-tumbuhan, geometris.

Ornamen diterapkan pada bagian luar maupun bagian dalam masjid, meliputi hiasan pada tiang, dinding, alang, papan pengunci sudut, mimbar, dan tempat azan. Di samping itu, ornamen tersebut terlihat adanya pengaruh ornamen yang terdapat pada benda prasejarah. Ornamen tersebut ditata atau disusun berdasarkan prinsip komposisi, meliputi: pertimbangan keseimbangan, keserasian, irama, kesatuan, proporsi, dan disusun secara vertikal maupun horizontal. Menggunakan data kualitatif, penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Ornamen tidak hanya semata-mata sebagai penghias melainkan juga mengandung maksud-maksud simbolis.

Motif-motif hias itu meliputi tumbuh-tumbuhan, binatang, geometri, bentuk alam benda dan benda buatan manusia. Secara teoritiis menurut A. Steinmann, ornamen bermotif hias tumbuh tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni ornamen berbentuk bundar yang hanya menonjolkan satu jenis tumbuh-tumbuhan atau lebih, serta oramen-ornamen dengan pemandangan alam yang paling menonjol dan banyak dipakai sebagai motif hias tumbuh-tumbuhan adalah motif hias bungan teratai atau lotus.

Motif hias bunga teratai menduduki tempat yang istimewa dan sering dijumpai pada hasil kesenian Hindu sebelumnya, karena mengandung nilainilai keagamaan dan dikenal sebagai lambang kehidupan. Dilihat dari penggambaran bentuknya, motif hias bunga mengingatkan adanya pengaruh kesenian Cina, demikian juga motif hias bati karangnya, sebagaimana dijumpai pada motif hias Cirebonyang terlihat jelas mendapat pengaruh Cina.
Disamping itu dijumpai pengaruh Hindu , terdapat juga ornamen yang tampaknya mendapat pengaruh seni rupa Islam, yakni pada ornamen yang bermotif hias jalinan bersifat geometris yang lebih dikenal sebagai motif Arabes. Jalinan tangkai daun atau sulur dan bunga digubah sedemikian rupa sehingga membentuk pola ornament geometris yang memberikan ciri khas Islam.

Keunikan Masjid Keramat Lempur Kerinci selain bentuk ornamennya juga memiliki tempat mengumandangkan azan yang berada di atas empat buah tiang tengah. Tiang tersebut berdekatan dengan ventilasi yang berbentuk ornamen terawang. Tempat mengumandangkan azan tersebut juga dihiasi dengan beragam bentuk ornamen. Kehadiran ornamen di samping memiliki nilai keindahan juga mengisyaratkan berbagai makna dan fungsi-fungsi tertentu, sehingga menjadi salah satu identitas masyarakat Kerinci, utamanya masyarakat Lempur.

Penggunaan dan pelestarian ornamen yang terdapat di Masjid Keramat Lempur sudah tidak tampak lagi di tengah masyarakat. Masyarakat tidak mengetahui motif-motif apa yang diterapkan di Masjid Keramat Lempur apalagi cara membuat, alat, fungsi, dan makna yang diusungnya. Di samping itu, masyarakat pada umumnya lebih suka menggunakan produk dari daerah luar yang menjadi tren mengisi rumahnya sesuai dengan perkembangan zaman. Generasi penerus yang pandai membuat ornament dan mengukir sudah tidak tampak lagi serta kurang berminat terhadap ornamen yang diciptakan oleh nenek moyang mereka. Berangkat dari uraian di atas sangat menarik untuk dikaji dan diungkapkan. Dengan demikian dapat dirumuskan berbagai permasalahan.

Ornamen Kerinci juga tidak tertutup kemungkinan dipengaruhi oleh ornamen Minangkabau atau sebaliknya ornamen Minangkabau yang dipengaruhi oleh ornamen Kerinci. Mengamati bentuk ornamen Kerinci garis agak kurang luwes dan tekstur lebih kasar dari pada garis dan tekstur ornamen Minangkabau. Di samping itu, ornamen Kerinci bentuk motifnya masih jelas tampak pengaruh motif prasejarah. Persamaan tersebut dapat ditemukan dari nama ornamen yang digunakan, seperti motif kluk paku di Kerinci, kaluak paku di Minangkabau, itik malenggang di Kerinci, itiak pulang patang di Minangkabau.

Perbedaannya hanya tampak dari dialek yang digunakan sesuai dengan daerah masing-masing. Ungkapan rasa estetik nenek moyang orang Kerinci dapat pula ditemui di Masjid Keramat Lempur Kerinci dalam bentuk yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan alam Kerinci. Ornamen yang menghiasi hampir sebagian besar elemen masjid yang meliputi tiang, dinding baik yang di dalam maupun dinding luar, ujung kasau, alang, mihrab, mimbar, tangga, dan tempat azan.

Melihat bentuk ornamen Masjid Keramat Lempur tampak pengaruh sebelum agama Islam, seperti motif yang menyerupai bentuk gong yang terdapat di dinding bagian luar, di bawah lantai tempat azan, yang dapat ditemukan pada peninggalan batu prasejarah yaitu batu gong, motif pilin ganda seperti huruf S terdapat pada ujung kasau yang telah distilisasi. Motif itu dapat juga ditemukan pada bejana perunggu dari Kerinci yang masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta, serta mirip dengan motif yang terdapat pada masjid-masjid kuno, rumah tradisional, dan pada kain batik Kerinci. Di samping itu, terdapat bentuk daun, bunga, dan bentuk akarakaran yang dijalin dan dipioh (dipilin) yang diperkirakan ada hubungannya dengan agama dan adat Kerinci.

Sejarah penerapan, penggunaan, serta perkembangan seni hias menghias di Kerinci tidak berangkat dan muncul secara tiba-tiba, tetapi merupakan kelanjutan dari perkembangan sebelumnya, apakah dalam bentuknya melanjutkan tradisi yang sudah ada, merevisi pandangan yang berkembang atau bahkan menolak dan menemukan sesuatu yang baru.Runtutan perjalanan sejarah ornamen dari masa lampau sampai sekarang menunjukkan bahwa kemajuan pola pikir dan pola hidup manusia telah mengalami perkembangan. Ornamen merupakan simbol, tanda, dan identitas sebuah budaya yang hidup dan berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat pendukungnya.

A. Jenis Motif Pada Masjid Keramat lempur Kerinci

Bentuk motif yang terdapat pada Masjid Keramat Lempur Kerinci pada umumnya berasal dari alam dan dapat dikelompokkan dalam motif geometris: segi tiga, lingkaran, segi empat, segi delapan dan huruf S; motif tumbuh-tumbuhan: pucuk pakis, buah labu, bunga, kelapa; motif alam benda: jalinan tali, gelang-gelang, danmotif binatang; gajah, ular, yang pada umumnya telah distilisasi dan dideformasi. Sumber motif dari alam tersebut ada yang diambil daun, bunga, kuncup, batang, tangkai, akar, dan ada lagi yang digabung atau disusun daun dan bunga, buah dan daun, serta gabungan dari motif geometris, motif alam benda, dan motif binatang yang telah dideformasi bentuknya.
Seperti yang diungkapkan oleh Alimin Depati, bahwa nenek moyang orang Kerinci mengambil unsur-unsur alam sebagai sumber motif yang mereka lihat lansung dan banyak menggunakan tali menali seperti ijuk, rotan, dan manau, yang bersifat elastis serta unsur binatang yang disamar-samarkan (Alipuddin, 2010: 101).

Tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai motif di Kerinci pada umumnya bermanfaat untuk dimakan, sebagai obat-obatan maupun keperluan hidup lainnya. Mereka langsung mencontoh alam yang ada disekelilingnya seperti: akar, daun, bunga, kuncup, dan sebagainya diambil dan dipetik lalu ditiru sesuai dengan keahlian mereka meramunya.

Motif pada Masjid Keramat lempur Kerinci bila dilihat secara seksama bentuknya tidak ada yang sama persis seperti diduplikat dari bentuk-bentuk yang lain. Dilihat dari bentuk motif ini diperkirakan dibuat oleh banyak orang dan dengan waktu yang lama. Motif tersebut berasal dari alam lingkungan mereka dan diberi nama oleh masyarakat yang mengunakan motif itu sesuai dengan kemiripan dengan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan alam benda lainnya yang ditiru. Pemberian nama tersebut berdasarkan cerita mulut ke mulut yang mereka terima turun-temurun dariorang tua pendahulu, serta ada kemiripan dengan bentuk yang diacu.

Melihat jenis motif di Masjid Keramat Lempur tentunya tidak lepas dari perjalanan sejarah proses kreatif, pandangan hidup, dan pola pikir masyarakat setempat pada saat itu, dan hubungannya dengan alam lingkungan sekitar serta adat dan kepercayaan. Di samping itu, sesuai dengan perkembangan zaman dan pengaruh budaya yang masuk ke daerah Kerinci. Di antara jenis motif yang diterapkan pada masjid Keramat adalah sebagai berikut:
….* (bersambung)







MALPU 312 - PELURUSAN SEJARAH

MALPU 312 - PELURUSAN SEJARAH



MEMBONGKAR ADAT LAMO PUSAKO USANG – Seri 312

Oleh: H. Aulia Tasman
Gelar Depati Muaro Langkap
Jambi, 31 Desember 2017



PELURUSAN SEJARAH

(Bahan kajian perbandingan sejarah berdasarkan rujukan)

- Hubungan antara Kerajaan (Kesultanan) Indrapura - Kerajaan (Kesultanan Anak Sungai) - Kerinci - Pangkalan Jambu. Serta hubungannya dengan Surat Bertulisan Melayu TK No.140 dan
- Perjanjian Bukit Sitinjau Laut tahun 1022 H (1612 M)
- Pelaku sejarah dalam Perjanjian Bukit Sitinjau Laut, melibatkan Kerajaan Indrapura - Depati IV Alam Kerinci dan Tumenggung Kabul Dibukit.
- Pewaris sah Kerajaan Indrapura dan Kerajaan Anak Sungai
Semoga membantu ...!
INFORMASI YANG MASUK: PANGERAN "KETAHUN" BENGKULU, Almarhum "MOHAMAD ALI SLT. FIRMAN ALAMSYAH RAJO MANGKUTO" berasal dari tanah Indrapura & pemilik rumah tua "bersejarah" di Kec."Napal Putih" Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Di Era Revolusi Kemerdekaan melawan Penjajah Belanda, Rumah tua bersejarah ini dijadikan - Pusat Komando "Gubernur Militer" Sumatera Bagian Selatan ( Palembang, Lampung, Jambi & Bengkulu ) sekaligus tempat tinggal sang Guburnur Militer DR. AK GANi. Di Era Revolusi Kemerdekaan Pangeran Mohamad Ali Sulthant Firman Alamsyah Rajo Mangkoto menjabat sebagai "Camat Perang" Ketahun & Sebelat mendampingi Gubernur Militer DR. AK Gani, Bupati Rejang Lebong Bengkulu Mohamad Hasan & Residen Bengkulu Mr. Hazaerin. Setelah Negeri ini Merdeka, Pangeran Mohamad Ali Sulthan Firman Alamsyah Rajo Mangkuto diberi tugas sebagai Ass. Wedana Pemimpin Rapat Besar untuk Kewedanaan Muko-muko. Setahun kemudian beliau di angkat menjadi Wedana di Kewedanaan Mukomuko........ hingga masa pensiun atas permintaan sendiri.

 




ad2